Pada suatu malam, penulis yang masih kanak kanak, dan baru berusia sekitar 10th. Diajak oleh ibu untuk menghadiri acara pengajian maulud nabi.
Tempatnya di tetangga dusun, yang berjarak cukup jauh. Kira kira mencapai 10km dari rumah.
Bersama penulis waktu itu selain ibu, ikut juga dua orang nenek tetangga kami. Serta adik dari penulis dua orang.
------------------------------------
Bila ada masyarakat dusun memiliki hajat keramaian. Sebagai alat penerangan biasanya menggunakan lampu patromaks. Atau terkadang juga memakai lentera.
Namun untuk pengajian kali itu, suasana malam yang semula gelap. Telah berubah menjadi benderang, oleh sinar dari lampu neon atau TL. yang energinya dipasok berasal dari mesin diesel.
Dan masih ingat juga pada saat itu, ketika hendak duduk di pangkuan ibu.
Namun penulis lupa, atau mungkin tidak terlalu memperhatikan. Apa yang diucapkan oleh bapak ustadz atau bapak kiai.
Maklum saja, mengingat faktor usia penulis waktu itu. Yang memang bisa dibilang masih usia kanak kanak.
------------------------------------
Singkat cerita malam itu, selesai pengajian sekitar jam 12malam.
Kami pulang dengan melangkahkan kaki. Menyusuri jalanan berbatu tajam (kaki penulis pernah teryayat batu),dalam arti belum beraspal. Yang lebarnya sekitar 3m.
Mungkin waktu itu adalah malam awal atau akhir pada bulan hijriyah. Penulis kurang mengtahui secara persis.
Pada suatu malam, penulis yang masih kanak kanak, dan baru berusia sekitar 10th.
BalasHapusDiajak oleh ibu untuk menghadiri acara pengajian maulud nabi.
Tempatnya di tetangga dusun, yang berjarak cukup jauh.
Kira kira mencapai 10km dari rumah.
Bersama penulis waktu itu selain ibu, ikut juga dua orang nenek tetangga kami.
Serta adik dari penulis dua orang.
------------------------------------
Bila ada masyarakat dusun memiliki hajat keramaian.
Sebagai alat penerangan biasanya menggunakan lampu patromaks.
Atau terkadang juga memakai lentera.
Namun untuk pengajian kali itu, suasana malam yang semula gelap.
Telah berubah menjadi benderang, oleh sinar dari lampu neon atau TL.
yang energinya dipasok berasal dari mesin diesel.
Dan masih ingat juga pada saat itu, ketika hendak duduk di pangkuan ibu.
BalasHapusNamun penulis lupa, atau mungkin tidak terlalu memperhatikan.
Apa yang diucapkan oleh bapak ustadz atau bapak kiai.
Maklum saja, mengingat faktor usia penulis waktu itu.
Yang memang bisa dibilang masih usia kanak kanak.
------------------------------------
Singkat cerita malam itu, selesai pengajian sekitar jam 12malam.
Kami pulang dengan melangkahkan kaki.
Menyusuri jalanan berbatu tajam (kaki penulis pernah teryayat batu),dalam arti belum beraspal.
Yang lebarnya sekitar 3m.
Mungkin waktu itu adalah malam awal atau akhir pada bulan hijriyah.
Penulis kurang mengtahui secara persis.
Tidak seperti pada saat kami berangkat pada sore hari sekitar jam 7malam.
BalasHapusYang mana waktu itu, suasana lingkungan tidak terlalu gelap.
Maka lain cerita pada waktu kami pulang.
Suasana malam itu, benar benar dalam keadaan gelap gulita.
Dan jalananpun,tidak dapat terlihat sama sekali.
Secara kebetulan juga, diantara kami tidak ada seorangpun.
Yang membawa berbagai alat penerangan berupa senter, obor, lentera, atau apapun.
Oleh karena sudah terbiasa, dan sudah hafal wilayah atau lingkungan tersebut.
Maka berjalan berdasar pengalaman dan perasaan.
Atau insting kami saja.
Atau dengan bahasa dan istilah lain.
Kami melangkah sambil meraba.
Menyusuri jalanan yang gelap gulita dan hitam pekat.
Adapun penulis sendiri, mengambil posisi di depan.
BalasHapusNamun agak di sebelah kanan.
Sedangkan ibu, dua adik, dan kedua orang tetangga kami.
Berjalan mengiringi dari belakang.
Dengan jarak sekitar 5m dari penulis.
Setelah kami melangkah kira kira sejauh 2km.
Sedang menuju pulang ke rumah.
Dari arah depan, tiba tiba terdengar secara jelas.
Ketuplak... Ketuplak... Ketuplak...
Itu lho, persis seperti suara sepatu dan kaki kuda.
Yang sedang berlari menuju ke arah penulis.
Padahal menurut sepengetahuan penulis.
Di dusun kami, tidak ada orang yang memiliki hewan piaraan berupa kuda.
Maka cepat cepat menepi ke kiri.
Namun berubah pikiran, dan cepat cepat berpindah ke sisi sebelah kanan.
Berubah pikiran lagi, dan berpindah lagi ke kiri.
Lagi lagi penulis berubah pikiran.
Dan berpindah untuk yang terakhir kalinya.
Ke sisi sebelah kanan.
Lalu turun ataupun keluar dari jalanan.
Kesemuanya itu terjadi secara spontanitas saja.
BalasHapusKarena merasa khawatir, juga takut tertabrak oleh kuda.
Selain itu, juga karena penulis tidak dapat melihat.
Dan tidak mengetahui secara pasti.
Apakah kuda tersebut berlari di sebelah kiri...??
Atau justru berada di sebelah kanan jalan...??
Beberapa detik kemudian, setelah menepi, berhenti, diam, dan berdiri di sebelah kanan jalan.
Oleh karena penasaran dengan suara tersebut.
Maka penulis ingin memastikan.
Makhluk apakah itu Sebenarnya....??
Dan ketika suara kaki kuda berada di sisi penulis.
Dengan jarak sekitar 1m,maka tampaklah suatu sosok,seperti.......
.